Mitos Air Terjun Sedudo
Obyek wisata alam air terjun Sedudo,
Nganjuk, Jawa Timur, beberapa waktu lalu, terlihat sepi pengunjung. Hal ini
terjadi karena cuaca yang tiba-tiba buruk.
TERKAIT:
DARTO (44), tukang foto di obyek wisata
alam air terjun Sedudo, di Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk,
Jawa Timur, mendatangi setiap pengunjung sembari menawari untuk diabadikan.
Panorama air terjun yang terletak 1.438 meter di atas permukaan air laut
menjadi latar belakang fotonya.
Air terjun Sedudo dengan tinggi 105
meter berada di kaki Gunung Wilis. Lokasi ini tak hanya menebarkan keelokan
dalam balutan kesejukan udara nan bersih dan segar, tetapi juga mitos yang
menyatu dalam keyakinan masyarakat. Konon, siapa pun yang mandi di kolam atau
di bawah air terjun bisa mendapatkan berkah keselamatan, awet muda, disembuhkan
dari sakit yang dideritanya, dan naik pangkat.
”Air terjun Sedudo oleh masyarakat
dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Siapa pun yang mandi di sini
juga bisa awet muda,” kata Darto, warga desa setempat.
Percaya atau tidak, tetapi yang
jelas setiap bulan Sura, dalam tradisi Jawa, ribuan warga berdatangan dan
mandi, baik di kolam maupun di bawah air terjun Sedudo. Bahkan, sejumlah elite
politik dan pejabat di tingkat pusat dan daerah rela mandi tengah malam dengan
beragam niat dan keinginan masingmasing.
”Betul, banyak pejabat negara dan
pejabat provinsi yang datang dan mandi di bawah air terjun kala tengah malam,”
imbuh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk Lies Nurhayati
beberapa saat lalu.
Air terjun Sedudo memang menjadi
primadona obyek wisata alam dan ritual di Nganjuk. ”Selain bulan Sura, pada
malam Jumat Legi juga banyak pengunjung yang datang dan mandi di sini.
Pulangnya mereka membawa air Sedudo,” kata Siti Rahayu (36), pedagang makanan
dan minuman di lokasi itu.
Obyek wisata andalan
Dengan potensinya sebagai obyek
wisata air dan wisata ritual yang sudah berlangsung turun-temurun, Pemerintah
Kabupaten Nganjuk menempatkan air terjun Sedudo sebagai ikon dan primadona di
wilayah itu. Air terjun Sedudo menjadi obyek wisata andalan daerah.
”Tradisi dan upacara mandi bersama
atau siraman Sedudo yang berlangsung turun-temurun sejak zaman Majapahit
menjadi agenda utama. Tradisi ini dikenal sebagai upacara Prana Prasthista dan
menjadi agenda utama daya tarik wisata Sedudo,” kata Lies Nurhayati.
Wisatawan yang hendak bertandang ke
lokasi wisata air terjun Sedudo bisa menggunakan kendaraan roda dua maupun roda
empat. Dari ibu kota Nganjuk, tepatnya dari Pendapa Kabupaten Nganjuk, jarak
tempuh menuju lokasi air terjun sekitar 30 kilometer arah selatan.
Bertandang sambil menikmati
dinginnya air terjun Sedudo, ditingkahi tiupan angin pegunungan yang
menyejukkan, pasti membuat pengunjung betah berlama-lama mengakrabi suasana
yang menyegarkan itu. Meski demikian, setiap pengunjung tetap diminta waspada
dan berhati-hati jika tiba-tiba cuaca buruk terjadi. Di lokasi ini, hujan deras
dan angin kencang bisa sewaktu-waktu terjadi.
Karena itu, jumlah pengunjung air
terjun Sedudo amat bergantung pada cuaca. Apalagi, lokasinya juga rawan longsor
dan banjir. Contohnya, pada tahun 2011 dari target pengunjung 87.000 orang,
hanya terealisasi sebanyak 43.000 orang. Pasalnya, kala itu lokasi wisata air
terjun Sedudo ditutup sepanjang bulan Februari hingga Mei akibat cuaca buruk
yang bisa memunculkan tanah longsor atau bencana lainnya. Tentu saja
keselamatan pengunjung tetap menjadi yang utama.
”Kami tidak mau mengambil risiko
bagi pengunjung. Petugas di lokasi akan memberitahukan kepada setiap pengunjung
agar segera meninggalkan lokasi kalau sewaktu-waktu datang angin kencang dan
hujan deras,” papar Lies Nurhayati.
Tahun 2012 Pemerintah Kabupaten
Nganjuk melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menargetkan jumlah kunjungan
wisatawan 70.000 orang dengan target perolehan pendapatan asli daerah (PAD)
dari sektor wisata air terjun Sedudo Rp 387 juta. ”Insya Allah bisa terpenuhi.
Namun, semua sangat bergantung pada cuaca. Tahun ini kami harapkan cuacanya
jauh lebih baik dan bersahabat untuk wisatawan yang datang ke lokasi air
terjun,” ungkapnya lagi.
Kawasan pertapaan
Obyek wisata air terjun Sedudo,
selain indah, juga memiliki kisah yang panjang. Di zaman Majapahit, air terjun
ini dikabarkan sering digunakan untuk mencuci senjata milik raja dan patung
dalam upacara Prana Prasthista. Bahkan, Mahapatih Gajah Mada konon menggunakan
lokasi air terjun untuk menggembleng prajurit.
Pada zaman kerajaan Islam, Sedudo
dikenal sebagai kawasan pertapaan Ki Ageng Ngaliman. penyebar agama Islam di
wilayah Nganjuk. Karena itu, dalam perkembangannya, setiap bulan Sura selalu
diadakan ritual mandi Sedudo atau siraman Sedudo yang diawali prosesi tarian
oleh enam penari berambut panjang yang masih perawan alias dalam keadaan suci.
”Setiap malam tahun baru Hijriah, 1
Muharam atau malam 1 Sura kawasan Sedudo pasti dipadati ribuan orang. Wisatawan
datang dari sejumlah daerah di Indonesia, termasuk Kalimantan,” kata Nardi (32),
petugas keamanan obyek wisata air terjun Sedudo.
Dewi Ayu Savita (15), seorang
pengunjung yang datang bersama kakaknya, Yudi Oktaviana (20), yang dijumpai
sehabis berendam di bawah derasnya air terjun, mengatakan, suasana sejuk
tatkala berada di lokasi yang membuatnya betah. Situasi itu yang membuat orang
mau berkunjung.
”Panorama alamnya masih asri. Air
terjunnya tinggi. Kalau dilihat dari kejauhan, tampak indah,” katanya.
Sebagai bagian dari anak muda yang
hidup dalam ranah modernitas, Ayu hanya menjadikan obyek wisata air terjun
Sedudo sebagai tempat rekreasi belaka. Ia tak sedang melakukan ritual apa pun.
Ia hanya ingin menikmati kenyaman, kesegaran udara, dan suasana di lokasi itu.
”Mereka yang masih mempercayai mandi
di air terjun Sedudo bisa awet muda dan menyembuhkan penyakit adalah kalangan
orang tua. Anak muda sekarang tak percaya dengan mitos itu lagi,” katanya.
Fasilitas memadai
Sebagai obyek wisata yang ditawarkan
Pemerintah Kabupaten Nganjuk, fasilitas di obyek wisata air terjun Sedudo
relatif memadai. Di lokasi ini tersedia area parkir, warung makan, arena
permainan, dan kios yang menjual aneka suvenir, khususnya kaus bergambar
keelokan air terjun Sedudo. Namun, pengelola kesulitan untuk mengembangkan
lebih lanjut karena struktur tanah di lokasi itu labil dan mudah longsor.
”Sudah tidak memungkinkan untuk
memperluas fasilitas yang ada. Karena itu, kami lebih fokus pada obyek wisata
alam dan ritualnya,” kata Lies Nurhayati.
Sepanjang mitos air terjun Sedudo
hidup di masyarakat, masih ada harapan obyek wisata ini akan dikunjungi orang.
Namun, sejalan dengan kemajuan masyarakat, perlu dipikirkan langkah untuk
menjaga agar obyek wisata ini tak ditinggalkan masyarakat.
Namun, yang jelas, air terjun Sedudo
telah memberikan kehidupan bagi warga sekitar, seperti Darto. Mereka mengais
rezeki dari lokasi itu untuk kehidupannya. (Abdul Lathief)